Blog ini berisi info pendidikan, tidak diperkenankan tampilan iklan dewasa. Silakan Baca Postingan baru 2024 tentang judul-judul penelitian mahasiswa dan masalah penelitian. Dilarang Keras Mengkopi Paste Artikel dalam Blog ini tanpa izin pemilik blog. Bila Anda mengkopi paste, saya akan laporkan ke DMCA dan blog Anda dapat dihapus.Copi paste dapat diketahui melalui www.google.co.id/. Selamat Paskah 2024. Imanuel

Sponsor

Sponsor

Sunday, August 7, 2016

Motivasi Berprestasi Dosen dalam Mengajar

Anda mencari kami menjawab. Silakan baca contoh skripsi S.Pd.K dan Tesis M.Pd.K. serta Tesis Teologi Kependetaan. Ada berbagai alternatfi judul skripsi, tesis dan disertasi.

KAJIAN BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS (Bila memakai metode kuantitatif)

BAB II KAJIAN TEORI (Bila memakai metode Kualitatif). Dalam penelitian kualitatif tidak ada hipotesis dalam bab II demikian juga kerangka berpikir. Hipotesis akan ditemukan setelah penelitian.Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan menguji teori. Itulah sebabnya tidak ada hipotesis di Bab II apalagi di Bab I.

Variabel Pembahasan berikut ini merupakan salah satu dari 5 variabel Penelitian Disertasi Yonas Muanley. Variabel yang dimaksud adalah: Motivasi Berpresatasi Dosen Teologi dalam Mengajar.
Dilarang kopi paste bahan ini. Bahan ini sifatnya memberi contoh kajian teori tentang variabel penelitian.
Motivasi Berprestasi Dosen Teologi dalam Mengajar di STT

Apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi dosen teologi, khususnya motivasi berprestasi dalam mengajar? Dalam postingan ini saya berusaha menjawabnya.

Motivasi adalah dorongan-dorongan (forces) yang membangkitkan dan menggerakkan kelakuan seseorang. Motivasi bukanlah tingkah laku tetapi suatu kondisi internal yang kompleks dalam diri seseorang, motivasi ini tidak dapat diteliti atau paling tidak diobservasi secara langsung. Motivasi merupakan sesuatu yang abstrak, namun keberadaan motivasi dalam diri seseorang mempengaruhi tingkah lakunya. Itulah sebabnya motivasi hanya dapat diamati melalui tingkah laku seseorang.
Secara konseptual motivasi telah ditafsirkan secara berbeda-beda oleh para ahli. Dengan demikian terdapat banyak definisi dan teori tentang motivasi, kergaman definisi ini disebabkan dari sudut berangkat dari para ahli yang berbeda. Namun secara taksonomi, motivasi bahasa Latin movere diartikan bergerak atau berpindah. Kata ini menjelaskan satu definisi untuk mencapai suatu tujuan, namun secara umum motivasi meliputi gambaran, proses dari berbagai aspek yang menyatu pada aktivitas perilaku manusia (Richard M. Steers and Lyman W. Porter, 1991:5). . Selain itu dalam pengertian umum, George R. Terry mendefinisikan motivation is the desire within an individual that stimulates him or her to action”(Gibson). Artinya motivasi adalah hasrat atau keinginan yang terdapat dalam diri seseorang yang merangsang atau mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan. Searah dengan definisi ini, Barelson dan Steiner mengartikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong mengaktifkan atau menggerakkan, dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan (Harald Koontz, 1989:121).

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat dipahami bahwa motivasi seseorang akan senantiasa terkait dengan usaha-usaha pemuasan atau pemenuhan kebutuhan. Abraham Maslow menyimpulkan beberapa kebutuhan yang mendorong manusia berperilaku atau berusaha memenuhinya yaitu (1) kebutuhan fisiologis (psikological needs), (2) kebutuhan akan keamanan (safety needs), (3) kebutuhan social (social needs), (4) kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Penjenjangan kebutuhan di atas oleh Maslow dinamakan hierarchy of needs (jenjang kebutuhan). Dalam teori ini pemenuhan kebutuhan yang paling rendah dipenuhi sebelum pemenuhan kebutuhan yang paling tinggi yang mengendalikan perilaku seseorang, karena biasanya perilaku seseorang pada suatu saat tertentu ditentukan oleh kebutuhan yang paling mendesak. Dalam teori ini diasumsikan bahwa orang akan berusaha memenuhi kebutuhan paling pokok sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Demikian halnya dengan dosen, senantiasa akan berusaha memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan kebutuhan yang lebih tinggi tingkatnya.

Berbeda dengan teori Maslow, Frederick Herzberg mengedepankan teori motivasi kesehatan. Dalam teorinya, Herzberg menyatakan manusia pada dasarnya memiliki dua macam kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan akan kesehatan atau pemeliharaan, dan (2) kebutuhan akan motivasi.(Fredrick Hezber). Kebutuhan akan kesehatan atau pemeliharaan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan hakikat/sifat manusia yang ingin menghindari rasa sakit atau menderita. (Fredrick Hesber). Kebutuhan akan kesehatan atau pemeliharaan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang, yaitu (1) kondisi kerja fisik, (2) suasana hubungan antara pimpinan dan bawahan, (3) kebijaksanaan pengawasan, (4) gaji atau upah, (5) lain-lain kesejahteraan sosial.

Lima kebutuhan yang terakhir disebutkan bukanlah motivator yang sesungguhnya yang dapat mendorong atau menggerakkan kemauan mengajar atau kerja seseorang, hal-hal ini dapat mengakibatkan seseorang mencapai sesuatu dan berkembang serta tumbuh. Sifat kebutuhan ini hanya memelihara motivasi yang telah dimiliki seseorang dan mencegah timbulnya rasa ketidakpuasan yang dpat mengurangi kemauan mengajar atau kerja seseorang. Pengaruh kebutuhan kesehatan terhadap semangat kerja seseorang hanya akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang. Jadi kebutuhan yang muncul dalam teori kebutuhan Maslow dan Hezberg menjadi pendorong seseorang melakukan berbagai kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sedangkan kebutuhan akan motivasi adalah kebutuhan yang berhubungan dengan isi pekerjaan yang dilakukan seseorang. Kebutuhan ini merupakan motivator yang kuat untuk menggerakkan kemauan kerja seseorang. Kebutuhan akan motivasi meliputi: (1) pekerjaan itu sendiri (2) tanggungjawab (3) kemajuan (4) pengakuan (5) dan (6) kemungkinan untuk berkembang (Gibson, 278).

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dipahami bahwa setiap orang memiliki dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan manusia diciptakan Tuhan segambar dan serupa dengan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia dilengkapi atau diberi potensi keinginan atau dorongan-dorongan yang menolongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk dirinya, sesamanya dan terlebih kepada Tuhan. Dikatakan demikian karena jika tidak ada keinginan maka manusia tidak akan terdorong melakukan sesuatu kegiatan, termasuk kegiatan dalam hubungan dengan Tuhan. Disini sebenarnya manusia telah memiliki keinginan sejak diciptakan Tuhan. Keinginan-keinginan yang mendorong manusia untuk bertindak dalam penelitian ini disebut motivasi yang selanjutnya akan dibahas dalam teori motivasi.

Manusia yang memiliki keinginan-keinginan atau motivasi itu selalu mendambakan untuk keberhasilan atau prestasi atas keinginan tersebut. Artinya tidak ada manusia yang tidak mempunyai keinginan berprestasi, walaupun intensitas keberhasilan atas keinginan itu tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Ini bergantung dari tingkat kemampuan mengelola motivasi tersebut dalam bentuk keberhasilan. Keberhasilan itu dalam penelitian ini disebut berprestasi, yang selanjutnya pengertian tentang berprestasi dalam penelitian ini akan nampak dalam pembahasan teori motivasi berprestasi yang dihubungkan dengan kerja dosen yaitu mengajar.

Pemilihan motivasi berprestasi dosen ini disebabkan karena salah satu sebab yang mempengaruhi efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika di Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar dipengaruhi oleh dorongan-dorongan mengajar yang dimiliki oleh dosen dalam melakukan kegiatan kerja yaitu mengajar, tanpa motivasi tidak dapat dipastikan akan kelangsungan proses pengajaran yang dilakukan dosen. Namun dorongan disini tidak sekadar keinginan mengajar tetapi lebih kepada keinginan untuk terus mengalami dan melakukan perbaikan-perbaikan dalam mengajar, secara khusus perbaikan dalam pemakaian prosedur pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan pemahaman itu maka dosen juga tidak akan dapat melaksanakan tugas mengajar kalau tidak mempunyai keinginan atau dorongan mengajar. Keinginan atau dorongan mengajar dosen juga tidak dapat ditingkatkan apabila tidak ada keinginan berprestasi atau keinginan mengalami perubahan-perubahan dalam kemampuan mengajar. Setiap dosen pasti mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melaksanakan kegiatan kerja (mengajar) dan juga keinginan (dorongan) untuk mengerjakan kerja. Keinginan dosen untuk melaksanakan kerja itu disebut motivasi (Paul Hersey & Kenneth H. Blancard, 1988:19). Searah dengan pemahaman ini, Griffin mendefinisikan motivasi adalah seperangkat kekuatan yang menyebabkan seseorang berperilaku dalam cara-cara tertentu (Ricky W. Griffin, 1997:474)

Dua definisi motivasi tersebut diatas pada prinsipnya tidak memiliki perbedaan makna esensial yang saling terpisah tetapi merupakan satu kesatuan pemaknaan. Hal ini disebabkan karena “seperangkat kekuatan” dapat saja berupa “keinginan”, dan keinginan juga merupakan kekuatan yang dapat menyebabkan lahirnya perilaku. Senada dengan definisi di atas motivasi juga diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun secara tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam hubungan dengan pelaksanakan kegiatan pembelajaran dalam pengertian mengajar, motivasi itu berfungsi untuk: (1) penggerak atau pendorong munculnya perbuatan mengajar; (2) menjamin kesinambungan prilaku atau perbuatan mengajar; (3) memberi arah perbuatan mengajar; (4) menentukan perbuatan mengajar yang dibutuhkan guna mencapai tujuan. Disini motivasi dalam diri dosen berperan untuk menumbuhkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk mengajar. Searah dengan pemahaman ini, Riduwan menyatakan: motivasi adalah keinginan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong atau merangsang setiap orang untuk melakukan tindakan-tindakan. (Yusuf Hadi Miarso)

Bila motivasi dihubungkan pada pembelajaran maka sangat penting untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh Clark Hull (1952) dalam Sahlan Asnawi menyatakan bahwa Hull mengembangkan sebuah teori di tahun 1940-an yang menjelaskan tentang keterkaitan atau hubungan antara pembelajaran dan motivasi, keterkaitan itu pada akhirnya memunculkan perilaku. Dalam hal ini perilaku dipengarhui oleh motivasi. Para teoritisi pun menyatakan bahwa pembelajaran menekankan peran insentif dalam mengontrol perilaku yang diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dimaklumi karena adanya hasil penelitian yaitu pengkondisian klasik dan operan yang terlibat dalam munculnya motiv. Beberapa motiv dapat dipelajari melalui pengamatan, hal ini dinamakan pemodelan (modeling) yang merupakan dasar bagi sebagian besar motivasi manusia.(Sahlan Asnawi, 2007:23-28). Berdasarkan teori ini motivasi, khususnya motivasi dosen untuk berprestasi dalam proses pembelajaran juga dapat terjadi ketika seorang dosen menerima insentif yang mempengaruhinya untuk berprestasi. Akan tetapi aspek ini bukanlah satu-satunya pengaruh motivasi. Masih ada pengaruh lainnya yang menyebabkan terjadinya motivasi. Faktor itu disinggung dalam paparan berikut.

Proses kognitif (Cognitive Process) juga mempengaruhi motivasi. Jenis informasi yang diterima seseorang dan bagaimana informasi itu diolah, mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang. Motivasi berprestasi dosen pun dapat dipengaruhi oleh beragam jenis informasi yang diterimanya. Informasi-informasi itu kemudian mempengaruhi seorang dosen untuk berprestasi. Terlebih lagi kini setiap orang berada dalam pengaruh teknologi informasi, khususnya yang berbasi internet. Informasi-informasi di Internet dapat pula menjadi motivasi bagi terjadinya motivasi berprestasi seorang dosen dalam proses pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Teori keseimbangan Heider, teori disonasi kognitif Festinger dan teori persepsi dari Bem sebagaimana yang dalam Sahlan Asnawi (2007) menyatakan: teori keseimbangan, teori disonasi dan teori persepsi menekakankan peran pengolahan informasi aktif “berpikir” dalam mengontrol perilaku. Ada pula teori atribusi yang juga menekankan tentang peran kognisi dalam menafsirkan orang lain. Penafsiran itu dapat pula termasuk diri sendiri yang menunjukkan bahwa perilaku seseorang sangat didasarkan pada penafsiran tersebut.(Sahlan Asnawi).

Teori motivasi sebagaimana yang disebutkan di atas mempunyai sub variable yaitu motif, harapan dan insentif. Motif disini diartikan suatu ransangan keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, atau motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dan setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan yang terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. Sedangkan insentif adalah hal-hal yang bersifat materil maupun non materil yang dapat dipakai untuk memotivasi atau merangsang orang yang telah berprestasi diatas prestasi standar. Dengan demikian maka sub variable atau dimensi motivasi adalah motif, harapan dan insentif. Indikator dari motif adalah: Gaji cukup, nyaman bekerja, hormati dosen, rasa takut dan cemas, fasilitas memadai, setia kawan, pemberlakuan mengajar sesuai perturan, perlakuan pekerjaan mengajar. Indikator dari harapan: kerja mengajar yang menyenangkan, rasa ikut memiliki, disiplin waktu mengajar, pemberian penghargaan, sifat kepemimpinan, menurut persyaratan mengajar. Indikator Insentif: Intrinsik: penyelesaian dan pencapaian atau prestasi. Ekstrinsik: Finasial yang terdiri dari gaji dan upah, tunjangan, antar pribadi, promosi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan: jiks dosen mempunyai motivasi menolong mahasiswa mengalami belajar yang berarti dan mencapai tujuan pembelajaran maka ia akan termotivasi untuk menggunakan prosedur pembelajaran yang berarti bagi mahasiswa sebaliknya jika dosen tidak termotivasi dengan keinginan berprestasi maka ia tidak akan termotiwasi untuk menggunakan prosedur pembelajaran yang efektif menolong nara didik mencapai tujuan pembelajaran.

Pembahasan motivasi dalam hubungan dengan lingkungan kerja, maka motivasi kerja berkaitan dengan perilaku yang diarahkan kepada prestasi yang tidak punya kerangka dalam hubungan kerja atau kerangka organisasi. Dengan kata lain motivasi dalam lingkungan kerja selalu muncul ketika tingkah laku ditujukan kepada pimpinan secara khusus dengan mempertimbangkan bagaimana meningkatkan frekwensi kerja lebih efektif.

Motivasi berprestasi dosen yang dibahas dalam penelitian ini adalah keinginan dosen di STT IKSM untuk mengadakan perbaikan-perbaikan mengajar dengan pemakaian prosedur-prosedur pembelajaran yang efektif termasukan pemanfaatan teknologi informasi yang berbasis internet dengan memanfaatkan aplikasi web gratis untuk prestasi mengajar sehingga menolong peserta didik mencapai standar kompetensi yang ditetapkan yaitu perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik.

Motivasi berprestasi dosen di STT yang paling mendasar adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yesus Kristus atas pekerjaan mengajar yang dosen laksanakan, yaitu pekerjaan mengajar harus diyakini sebagai bagian dari perintah Tuhan Yesus Kristus (bnd. Mat. 28 : 19-20). Perintah ini dapat disebut sebagai perintah instruksional. Dan bila pekerjaan mengajar diyakini sebagai bagian dari melaksanakan perintah/instruksi Kristus maka keyakinan seperti itu memberi dorongan yang kuat dalam berprestasi mengajar nara didik yang dipercayakan Tuhan melalui lembaga pendidikan. Keyakinan ini juga membuat seorang dosen semakin berjuang untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar yaitu supaya nara didik mengerti apa yang diajarkan dosen. Kehidupan dosen adalah hidup berdasarkan instruksional Yesus Kristus Guru Agung itu.

Selain keyakinan motivasi berprestasi juga dipengaruhi oleh dimensi kehidupan doa dan perimbangan rasionalitas dalam melaksanakan tugas mengajar. Pada bagian ini kebutuhan-kebutuhan yang menjadi factor pendorong perilaku seseorang menjadi bagian yang sering tidak terlalu mendorong tetapi dorongan yang lebih kuat lebih kepada pengabdian mengajar karena panggilan Kristus. Penghargaan memang menjadi daya dorong tetapi yang lebih kuat mendorong seseorang berprilaku atau termotivasi untuk berprestasi dalam mengajar adalah pengabdian (ketaatan kepada perintah Kristus). Atau dengan kata lain mengajar adalah tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada dosen yang percaya kepada Yesus Kristus melalui lembaga pendidikan baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu maka mengajar harus dilaksanakan secara baik karena akan dipertanggungjawabkan kepada lembaga pendidikan terlebih kepada Tuhan pada waktu pengadilan Kristus.

Dalam teori motivasi, khususnya teori Abraham Maslow, sebagaimana yang dikatakan oleh Miarso: “setiap orang memiliki motivasi untuk menggunakan waktu dan tenaganya guna memenuhi sejumlah kebutuhan dasar yang sama, meskipun dengan intensitas yang berbeda. Kebutuhan yang paling dasar adalah untuk bertahan hidup dalam lingkungannya.” Dalam hubungan dengan profesi dosen, kebutuhan dasar seorang dosen adalah eksis atau tetap bertahan di dalam lingkungan akademik yang memberi kebebasan untuk berpikir mandiri. Kebutuhan dosen berikutnya adalah keamanan yaitu mempunyai tugas atau pekerjaan yang menarik dan memberinya manfaat. Dosen tidak merasa terancam keamanan di lingkungan akademik karena tidak mempunyai tugas atau pekerjaan. Selanjutnya kebutuhan yang tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan rasa untuk dimiliki yaitu didengarkan, diperhatikan, dan diberi kesempatan. Tingkat kebutuhan pada peringkat teratas adalah untuk memperoleh penghargaan, pengakuan dan kepercayaan. Sedangkan kebutuhan pada tingkat tertinggi adalah pemenuhan diri, yang terwujud dengan adanya usaha pengemabngan ketrampilan dan pertumbuhan diri guna mengatasi tantangan yang dihadapi.(Miarso).

Motivasi dosen sangat bergantung pada kekuatan motifnya. Dikatakan demikian karena motif didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, hasrat dalam diri dosen yang diarahkan untuk mencapai tujuan, baik secara sadar maupun tidak sadar.(Hersey dan Blanchard). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif merupakan kebutuhan, keinginan, hasrat dalam diri seorang dosen yang mempengaruhi tingkah laku dosen secara intrinsic. Motiv berupa kebutuhan, keinginan, hasrat atau impuls ini harus dipenuhi sehingga menimbulkan kepuasan bagi dosen dalam tugas mengajar. Pemenuhan atas motiv disebut sebagai pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan yang dimaksud disini yaitu pemenuhan motiv berupa kebutuhan, keinginan, hasrat atau impuls dalam diri seseorang. Motiv ini kemudian mempengaruhi tingkah laku secara interensik.

Salah satu dari sekian banyak motivasi manusia pada umumnya dan khususnya dosen adalah menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan di atas standar rata-rata orang lain. Motivasi ini disebut motivasi berprestasi, yang menurut Murray seperti dikutip oleh Beck, merupakan hasrat atau kecendrungan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha keras mengerjakan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin (Hersey dan Blanchard). Senada dengan pemahaman ini, Rue dan Byars menyatakan motivasi berprestasi merupakan hasrat untuk mengerjakan sesuatu secara lebih baik, lebih efisien dari pada yang telah dikerjakan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa salah satu dari sekian banyak motivasi dosen adalah menyelesaikan tugas-tugas mengajar secara baik dan di atas standar rata-rata orang lain. Motivasi ini disebut motivasi berprestasi, yang oleh Murray seperti yang dikutip oleh Beck, disebut hasrat atau kecendrungan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha keras mengerjakan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin.(Robert C. Beck, 1990:291). Dengan kata lain motivasi berprestasi adalah hasrat atau kecendrungan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan dan berusaha keras mengerjakan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin. Pandangan yang sama disampaikan oleh Rue dan Byars, menurut mereka motivasi berprestasi merupakan hasrat untuk mengerjakan sesuatu secara lebih baik, lebih efisien dari pada yang telah dikerjakan sebelumnya.
Dari beberapa definisi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi pada dasarnya merupakan hasrat dan kecendrungan untuk mengerjakan pekerjaan sebaik dan secepat mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri dan orang lain.

Karakterisistik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut Mc Clelland, seperti dikutip accel-team.com adalah (1) memiliki kecendrungan memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat; (2) lebih tertarik pada pencapaian pribadi dari pada imbalan yang akan diperoleh atas keberhasilannya; (3) lebih tertarik pada situasi yang dapat memberikan umpan balik secara konkrit atas hasil kerjanya. Sedangkan menurut seperti dikutip oleh Wagner III dan Hollenbeck, menyatakan ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah orang yang cendrung (1) mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin (2) ingin lebih berhasil (3) mengerjakan pekerjaan yang menuntut ketrampilan dan usaha (4) ingin mendapatkan pengakuan (5) mengerjakan tugas yang dianggap penting (6) menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik. John A. Wagner dan John R. Hollenbeck, 1995:176)

Selain itu karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah: (1) mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, (2) ingin lebih berhasil, (3) mengerjakan pekerjaan yang menuntut ketrampilan dan usaha (4) ingin mendapatkan pengakuan, (5) mengerjakan tugas yang dianggap penting (6) menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik (John A. Wagner dan John R. Hollenbeck, 1995:176)

Beberapa hasil penelitian yang dikutip oleh Steers, Porter dan Bigley, menyatakan bahwa karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah: (1) memiliki hasrat yang kuat untuk bertanggungjawab secara pribadi dalam memecahkan masalah atau mengerjakan tugas; (2) memiliki kecendrungan memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat serta telah dipertimbangkan resikonya; (3) memiliki hasrat yang kuat untuk berkonsentrasi pada umpan balik yang diberikan dalam melaksanakan pekerjaannya; (4) berupaya sendiri menyelesaikan tugasnya (Richard M. Steers, Lyman W. Porter & Gregory A. Bigley). Disini dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi akan berusaha mengerjakan pekerjaannya pada standar-standar yang telah ditetapkan dan menyenangi situasi yang bersifat kompetitif.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah hasrat dan kecendrungan seseorang dosen untuk mengerjakan pekerjaan sebaik dan secepat mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik oleh individu itu sendiri maupun orang lain yang ditandai dengan cirri-ciri: (1) berusaha unggul (2) memiliki kecendrungan memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat; (3) lebih tertarik pada pencapaian pribadi dari pada imbalan yang diperoleh atas keberhasilannya; (4) lebih tertarik pada situasi yang dapat memberikan umpan balik secara konkrit atas hasil kerjanya; (5) mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin; (6) mengerjakan pekerjaan yang menghendaki ketrampilan dan usaha; (7) ingin mendapatkan pengakuan orang lain.
Selanjutnya motivasi berprestasi dalam penelitian ini disederhanakan menjadi: (1) berusaha unggul dalam mengajar, (2) memiliki kecendrungan mengajar lebih berhasil dalam tingkat kesulitan yang menantang, (3) lebih tertarik pada keberhasilan mengajar atau pencapaian pribadi dari pada imbalan yang diperoleh atas keberhasilan tersebut, (4) lebih tertarik pada situasi mengajar yang dapat memberikan umpan balik secara konkrit atas hasil mengajar, (5) mengajar sebaik mungkin, (6) melaksananakan tugas mengajar yang menghendaki ketrampilan dan usaha, (7) ingin mendapat pengakuan orang lain. 

Motivasi berprestasi dosen yang diuraikan di atas dapat dipengaruhi oleh aspek internal dan eksternal. Aspek internal lebih terkait dengan keinginan-keinginan yang ada dalam diri dosen, seperti aktualisasi diri dengan kesadaran penuh bahwa panggilan mengajar adalah panggilan Tuhan Yesus Kristus, dan oleh karena mengajar adalah tugas panggilan Kristus maka dosen melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan bertanggung jawab atau keinginan untuk berprestasi karena keinginan berprestasi juga merupakan pemenuhan perintah Tuhan (penggandaan talenta) sedangkan aspek eksternal lebih dipengaruhi oleh unsur-unsur di luar dosen yaitu mahasiswa yang kurang motivasi dan perhatian terhadap materi kuliah historika, kemanfaatan kuliah historika bagi mahasiswa dalam pelayanan Gereja khususnya kemanfaatan mata kuliah historika bagi visi dan missi Sekolah Tinggi Theologia. Dengan kata lain aspek internal dan eksternal dari motivasi dosen mempengaruhi terjadinya motivasi berprestasi dosen.

Variabel motivasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas tidak dapat diamati namun yang dapat diamati adalah motif kerja yang nampak dalam perilaku kerja atau yang nampak dari kebiasaan dosen untuk melakukan pekerjaan mengajar. Dengan kata lain dibelakang setiap perbuatan seseorang terdapat suatu motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini kegiatan mengajar yang dilakukan dosen selalu didorong oleh motif, harapan dan insentif.

div>

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.